Review: MEGAMIND

| Senin, 02 Mei 2011 | |

Kalau Penjahat Super Kehilangan Lawan

DreamWorks Animation akhirnya sampai juga pada persembahan terakhir di tahun 2010, dengan dirilisnya “Megamind”. Setelah meninggalkan jejak manis dengan “How to Train Your Dragon” lalu mengakhiri petualangan ogre berwarna hijau dalam “Shrek Forever After”, kini tanggung jawab besar bertumpu pada lelaki bertubuh ramping, berwarna biru, berkepala besar, berasal dari luar bumi, dan berotak penuh kejahatan ini. Apakah studio animasi yang bermarkas di Glendale, California ini mampu menyelesaikan misinya untuk semakin dekat dengan prestasi yang dimiliki Pixar, lewat “Megamind”? ah sebentar, saya tidak usah bermuluk-muluk lebih dahulu sepertinya, saya akan ubah pertanyaannya kalau begitu, apakah Megamind mampu mengalahkan “pesona” HTTYD yang sukses mendapat respon sangat positif dari para kritikus dan tentu saja di blog ini? walau jika dilihat dari segi komersil film ini masih kalah dengan seri terakhir Shrek yang mengantongi 700 juta dolar lebih.
Namun terlepas dari persaingan para studio animasi besar dan kecil dalam usahanya mengambil hati para penonton, pada akhirnya saya hanya akan melupakan persaingan tersebut, karena yang terpenting tahun 2010 ini saya sudah sangat dimanjakan dengan rilisnya film animasi yang bervariasi dari sisi cerita dan tentu kualitasnya, bisa dibilang tahun ini adalah tahunnya untuk film animasi, apalagi dengan kembalinya Woody dan Buzz. Mari kembali ke “Megamind”, tentu kalian pernah menonton film-film bertema superhero kan? nah jika biasanya yang menjadi bintang utama adalah mereka yang punya hati baik alias jagoan yang punya kekuatan super, entah itu bawaan sejak lahir, terkena sinar radiasi, tergigit binatang, atau hanya karena punya kekayaan berlebihan, intinya yah tetap sama, mereka akan selalu jadi sorotan untuk memamerkan kebaikannya. Apakah Megamind juga punya kekuatan super? bisa dikatakan demikian, otak-nyalah sumber dari kekuatannya. Tapi tunggu dulu, Megamind tidak memiliki kekuatan pikiran, telepati, dan semacam itu untuk menolong orang, sebaliknya otaknya yang besar menghasilkan ide-ide super-jenius untuk kejahatan…yah dia memang bukan superhero tapi supervillain.
Megamind (Will Ferrell) terlahir sangat pintar dari ras alien yang memang punya level intelejensi yang diatas rata-rata alias jenius. Sayangnya planetnya hancur karena sebuah black hole, masih berumur 8 hari, Megamind harus rela kehilangan orang tua dan berkelana sendirian di luar angkasa dalam kapsul penyelamatnya, sampai akhirnya tiba di bumi, lalu ditemukan oleh…bukan…bukan sepasang manusia berhati hangat (melirik superman), tapi berlabuh di penjara dan diasuh oleh penghuninya yang notabennya orang jahat. Megamind pun tumbuh besar dengan lingkungan yang tak mengenal kebaikan, hal tersebut diperparah ketika dia bertemu “pesaing”-nya yang ketika kecil juga sama-sama terlempar dari rumahnya—bertetangga dengan planet Megamind yang hancur—yang tersedot black hole juga. Di sekolah anak-anak berbakat, Megamind pun menempa naluri kejahatannya dan mengikis habis semua kebaikan karena perlakuan yang didapatnya di sekolah tersebut, termasuk rasa cemburunya dengan pesaingnya yang kelak akan menjadi pembela kebenaran bernama Metro Man (Brad Pitt).
Megamind selalu menjadi bahan ledekan, tak ada seorang pun yang ingin mengajaknya bermain, dan apapun yang dia lakukan selalu salah, sepertinya menjadi jahat adalah satu-satunya yang paling benar yang bisa dia lakukan, begitulah yang ada dikepalanya. Tahun demi tahun pun berlalu, persaingan antara Megamind dan Metro Man sekarang bukan lagi soal merebut perhatian teman-teman sekolah, tapi seluruh kota Metro. Megamind akan melakukan apa saja untuk bisa menaklukkan kota dengan segala rencana jahatnya dari A-Z, termasuk mengalah musuh bebuyutannya Metro Man. Sedangkan Metro Man sendiri juga tidak akan diam saja melihat kejahatan merajalela, betapa pun jahatnya, pada akhirnya kebaikan selalu punya jalannya sendiri untuk mengalahkan kejahatan. Metro Man pun dicintai penduduk Metro City, sedangkan Megamind mengulang nasib masa kecilnya, dikucilkan dan dibenci.
Megamind dengan sidekick-nya yang seekor ikan—yah ikan peliharaan lengkap dengan wadah kaca namun bertubuh robot—bernama Minion (David Cross) tidak pernah menyerah, kali ini mereka menculik reporter berita Roxanne Ritchi (Tina Fey) sebagai umpan untuk menjebak Metro Man. Rencana mereka anehnya berhasil mengurung sang pahlawan, Megamind pun mendapat bonus ketika kekuatan Metro Man perlahan hilang karena secara kebetulan observatorium tempat dimana dia terjebak terbuat dari tembaga, kelemahan terbesarnya (Kryptonite bagi superman). Dengan sekali serangan besar, Metro Man pun berhasil dikalahkan kali ini. Megamind tidak percaya bisa menaklukkan musuh besarnya dan sekaligus sukses menguasai kota. Awalnya kehidupan jahat Megamind berjalan normal dan bahagia, namun perlahan Megamind menyadari hidup tanpa lawan itu lebih menyebalkan ketimbang saat dia selalu dikalahkan semasa Metro Man masih hidup. Megamind akhirnya memutuskan untuk melahirkan seorang pahlawan baru, untuk mengembalikan gairah hidupnya, untuk dia lawan. Siapakah yang beruntung?
Seperti sudah menjadi tradisi bagi DreamWorks Animation, untuk memboyong para artis terkenal untuk duduk di depan microphone, meminjamkan suara mereka untuk masing-masing karakter animasi. Tokoh Megamind sendiri akan disuarakan oleh Will Ferrell dan sepertinya pilihan DreamWorks berjalan dengan baik, karena Will berhasil menghadirkan performa yang tidak berlebihan. Kita tahu seperti apa Will jika sudah berakting komedi, tapi kali ini lelucon-lelucon yang keluar dari mulutnya terasa sangat pas dengan tampilan alien berkepala besar. Megamind pun berhasil dalam misinya menjadi karakter yang dibenci sekaligus perlahan mengambil hati penonton untuk bersimpati padanya, setidak-nya tidak terus mengkambing-hitamkan Will jika di beberapa leluconnya dia sama sekali tidak lucu. Beruntung Megamind ditemani oleh Minion, karakter yang disuarakan oleh David Cross ini tidak hanya menjadi pusat perhatian ketika sukses membantu master-nya dalam melakukan kejahatan, tetapi juga sukses mengangkat komedi—bentuk karakternya saja sudah lucu, bayangkan ikan bisa bicara dalam tubuh robot—dalam film ini.
Pemain-pemain lainnya Tina Fey, Jonah Hill, bahkan hadir juga Brad Pitt yang memberi suara pada karakter Metro Man, masing-masing juga punya andil besar melengkapi film ini untuk menjadi tontonan yang menghibur. Suara mereka pada akhirnya berhasil tidak hanya menjadikan karakter-karakternya lebih “hidup” tetapi juga memberikan chemistry yang manis dengan karakter lain sekaligus juga menjalin koneksi dengan penontonnya. Tom McGrath (Madagascar, Madagascar 2) yang duduk di bangku sutradara sepertinya tahu betul bagaimana memainkan boneka-boneka animasinya dalam jalinan cerita yang walau tidak lagi orisinal (melirik The Incredibles, Despicable Me) namun mengejutkan mampu membuat saya “terikat” selama 96 menit tanpa rasa bosan, sepertinya Megamind tidak berniat jahat dengan penonton, tidak ada yang namanya serum jahat yang akan membuat penonton cepat bosan. Dari segi animasi “Megamind” juga tidak mau kalah dan DreamWorks Animation semakin baik saja dalam mengemas kualitas animasinya. Secara keseluruhan “Megamind” tampil tidak mengecewakan sebagai penutup animasi dari DreamWorks Animation, tetapi saya masih lebih menyukai Toothless.