Review: Cewek Gokil

| Rabu, 09 Februari 2011 | |
Jika nantinya “Cewek Gokil” terkesan ketinggalan zaman dalam hal lagu-lagu pengiring atau dialog antar pemainnya, wajar karena film yang disutradarai oleh Rizal Mantovani ini awalnya diperuntukan untuk rilis di tahun 2008. Setelah menunggu tiga tahun, film dari rumah produksi Mvp Pictures ini baru bisa dirilis sekarang, katanya sih menunggu momen yang tepat, karena tahun-tahun sebelumnya sedang gencar-gencarnya tema horor yang mendominasi pasar, jadi “Cewek Gokil” terpaksa mengalah untuk ditaruh di awal tahun 2011, tepatnya rilis pada 20 Januari. Film bertema komedi remaja ini memfokuskan ceritanya pada karakter Keke (Velove Vexia), yang di pembukaan film diperlihatkan sedang berlari-lari mengejar sesuatu yang tidak jelas, sambil dirinya juga ternyata sedang dikejar-kejar juga oleh massa. Ketika penonton mulai bertanya-tanya “ada apa?”, adegan tersebut berhenti dan seketika langsung pindah ke masa lalu dimana Keke masih kecil, Keke pun bertugas menarasikan setiap kisah masa lalunya dan kisah-kisah lainnya nanti. Dari kecil Keke itu bisa dibilang hidup “mandiri” karena orang tuanya terlalu sibuk, entah itu ibunya yang disibukkan dengan pekerjaan menjahitnya atau ayahnya yang sibuk bertengkar dengan ibunya, sampai akhirnya orang tua Keke pun berpisah.
Sejak saat itu, Keke makin tidak dipedulikan, tinggal bersama ibunya yang makin sibuk saja dengan jahit-menjahit pakaian. Bahkan kakak satu-satunya pun seperti “hilang” dari kehidupannya, beruntung Keke masih punya nenek yang sangat sayang dengannya. Dari sejak bayi, Keke justru lebih dekat dengan sang nenek, mendapat pelajaran hidup serta nasehat-nasehat kebaikan dari neneknya, ketimbang ibunya yang hanya bisa menyuruh ini dan itu lalu marah-marah. Semua kilas balik yang dinarasikan Keke ini pun lengkap memperkenalkan sang tokoh utama kita, menjelaskan kenapa pada akhirnya dia harus kerja sana-sini, saking fokusnya dengan Keke, karakter lain hanya dijelaskan sepotong-sepotong, kadang hilang lalu dimunculkan lagi. Akhirnya Keke beranjak dewasa, sudah lulus sekolah ceritanya, karena sudah dibiasakan mandiri dari kecil, sudah besar pun dia harus mencari uang sendiri untuk membiayai keperluannya pribadinya, termasuk obsesi-nya untuk mempunyai mobil sendiri, sebuah mobil mini cooper yang bisa dicicil, bukan hanya cicilan uang tapi bisa dicicil bagian body mobilnya. Keke pun harus banting tulang untuk mendapatkan uang 30 juta, dengan bekerja serabutan, menjadi guru les matematika dan bahasa Inggris, SPG, sampai ikutan kasting. Apakah Keke mampu mewujudkan satu impiannya membeli mobil tersebut?
“Cewek Gokil” seperti judulnya memang akan memperlihatkan kegokilan Keke dalam memenuhi setiap keinginannya, termasuk membeli mobil yang tidak hanya semata-mata untuk kebutuhan pribadi tetapi punya niat tulus didalamnya untuk membantu ibunya dengan mobil tersebut, yah untuk lebih mudah mengantar barang-barang jahitan. Keke trauma membawa barang jahitan yang banyak dan harus naik angkutan umum, diganggu kenek, sampai akhirnya menciptakan keributan massal karena ulah Keke mengejar bis yang jalan begitu saja dengan barang-barang Keke masih berada didalamnya. Ulah Keke di film ini memang tidak ada duanya, itu untuk mewujudkan hubungan film dengan judul yang berembel-embel kata gokil, yang bisa diartikan gila. Bermodalkan tema remaja, film ini juga memanfaatkan semangat anak muda, fase dimana biasanya banyak keinginan ini dan itu yang muncul, menjadi sebuah obsesi yang mesti dikejar, karakter Keke mewakili hal tersebut, dengan kegokilannya yang terkadang dikemas berlebihan.
Berbicara soal kemasan, “Cewek Gokil” bisa dibilang tidak se-gokil Keke yang tampil cukup habis-habisan. Terbungkus kurang rapih, saya masih melihat bayangan kameramen ketika sedang ingin menyorot karakter-karakternya, pencahayaan yang tidak alami ketika menyorot Keke di angkot pada saat cuaca di luar tampak mendung karena wajah Keke seperti seorang artis yang sedang dikerumuni wartawan dengan lampu-lampu kamera yang terlalu terang, atau pemakaian footage yang sama berulang-ulang sampai lebih dari 5 kali (jika saya tidak salah hitung), ditambah bagian tersebut sangat low resolution dan tone-nya beda sekali dengan keseluruhan film. Untuk urusan cerita “Cewek Gokil” juga tidak terlalu istimewa, Keke akan menjalani banyak rintangan menuju uang 30 jutanya untuk membeli mobil, namun usaha film ini dalam menyisipkan masing-masing konflik terbilang hanya numpang lewat saja, hanya ingin memperlihatkan betapa mudahnya Keke nantinya melompati setiap rintangan yang telah dipersiapkan, dilengkapi dengan sedikit rasa putus asa dan kecewa. Membosankan dan cerita tidak berusaha mengajak kita ikut serta bersama Keke dalam mewujudkan impiannya, tiba-tiba tanpa sadar Keke sudah berhasil mendapatkan beberapa kaleng kerupuk penuh uang, hmm begitu mudah.
Untungnya tidak semua bagian film ini membosankan, “Cewek Gokil” masih memiliki Velove Vexia yang bisa saya katakan dengan jujur, bermain cukup gokil dalam artian mampu maksimal memerankan karakter Keke dan porsinya dimanfaatkan dengan baik, tidak hanya dia mampu bertingkah nyeleneh tetapi secara mengejutkan Velove berhasil membuat saya tertawa untuk pertama kalinya. Adegan ketika dia kasting untuk tambahan uang membeli mobil adalah bagian terbaik film ini, karena disini saya tertawa untuk pertama kalinya. Lucu bagaimana melihat Velove yang sedang memerankan Keke lalu dia berakting lagi menjadi orang lain, dengan tampang datarnya, adegan ini adalah satu-satunya hiburan tersendiri. Velove Vexia juga satu-satunya pemain yang berakting paling menonjol di film ini, yah sudah sepantasnya ketika perannya adalah sebagai tokoh utama. Sedangkan pemain lainnya benar-benar hanya dijadikan pelengkap, kadang dimunculkan untuk menambah-nambah penderitaan Keke, lalu hilang begitu saja, untuk nantinya lagi-lagi muncul, salah-satunya adalah karakter pacar Keke (Syailendra Soepomo). Karakter yang satu ini muncul hanya untuk mengumbar gombal sesaat, benar-benar mengganggu, lalu hilang dan muncul kembali ketika film memang membutuhkan dia untuk sekedar berbasa-basi soal indahnya cinta, klise. Lewat kemasan dan cerita “Cewek Gokil” yang kurang maksimal seperti ini, kegokilan Velove Vexia sepertinya mubajir.