"Dreams feel real while we're in them. It's only when we wake up that we realize something was actually strange"
THIS REVIEW MAY CONTAIN SPOILERS. READ AT YOUR OWN RISK.
Domm Cobb (Leonardo DiCaprio) adalah seorang pencuri mimpi ulung. Ia mampu mencuri berbagai informasi rahasia melalui mimpi-mimpi seseorang. Tugasnya untuk mencuri mimpi seorang petinggi di perusahan energi, Saito (Ken Watanabe) yang berujung kegagalan nyatanya malah membuat Cobb ditawarkan sebuah pekerjaan oleh Saito. Cobb diminta oleh Saito untuk masuk ke dalam mimpi Robert Fischer Jr. (Cillian Murphy) dan menanamkan sebuah ide baru ke dalamnya, istilah lainnya adalah inception. Fischer sendiri adalah seorang ahli waris perusahaan energi yang menjadi saingan perusahaan Saito. Saito ingin membuat Fischer untuk menutup perusahaan ayahnya agar perusahaan Saito lah yang menjadi perusahaan nomor 1 di dunia. Melakukan inception sendiri bukanlah suatu hal yang mudah karena melibatkan lapisan-lapisan mimpi yang harus diciptakan agar misi tersebut sukses dilaksanakan.Berkat penawaran Saito dan perjanjian yang menguntungkan untuk Cobb, ia kemudian membentuk suatu tim yang akan membantunya melaksanakan misi yang membahayakan tersebut. Pertama ada Arthur (Joseph Gordon-Levitt), seorang yang selama ini sering ikut serta dalam misi-misi Cobb. Lalu direkrutlah Eames (Tom Hardy), Ariadne (Ellen Page) dan Yusuf (Dileep Rao), yang masing-masing memiliki tugasnya masing-masing. Tanpa yang lain ketahui, Cobb memiliki suatu kelemahan, yaitu proyeksi mendiang istrinya, Mal (Marion Cotillard) yang selalu mengganggu dan menggagalkan misi-misi Cobb. Berhasilkah mereka semua?

Nah bagian selanjutnya adalah bagian pelaksanaan. Rencana yang terlihat sudah sangat matang dipersiapkan nyatanya tidak berjalan semulus yang mereka perkirakan. Banyak juga resiko-resiko yang luput diperhitungkan, seperti pertahanan bawah sadar Fischer (bravo Nolan, karena dengan ini, jadi ada sosok antagonis), mystery guilt yang dipendam oleh Cobb terhadap Mal, sampai dengan perkenalan dunia limbo, atau dunia antah berantah antara mimpi dan realita. Then it leads us to the ending, beberapa teka-teki terungkap yang berakhir pada suatu, IMO, open ending. Apakah totem milik Cobb berhenti? Atau tidak? Sayangnya layar sudah terlanjur diganti dengan closing credit.
Layaknya film ini, Nolan tak hanya memberikan satu lapisan saja untuk Inception. Selain main storyline tentang penginjeksian ide ke dalam mimpi, ada juga cerita mengenai sosok Mal yang terus menghantui Cobb. Bagaimana penyesalannya terhadap kematian Mal dan kejauhannya dengan anak-anaknya ternyata sangat membahayakan misi-misi Cobb. After all, di ending, film ini akan berfokus kepada kelegaan dan penerimaan kenyataan oleh karakter Cobb. Ada lagi tentang hubungan antar ayah dan anak keluarga Fischer. Walaupun hanya mimpi, dan gw tidak mengetahui apakah ini nyata atau tidak, adegan ketika Fischer Jr. mengetahui rahasia dibalik brankas milik ayahnya menurut gw sangat mengharukan.

Fakta bahwa Inception ini sendiri adalah suatu film yang menuntut kita untuk berfikir sepanjang film (in a good way, though) sebagai suatu film summer mungkin memang jarang terjadi. Bahkan setelah film selesai pun diskusi tentang film ini sepertinya sulit untuk dihentikan. Film summer itu biasanya tidak terlalu memikirkan cerita, yang penting menghibur. Explosion sana-sini sudah sangat dimaklumi. Hadirnya The Dark Knight tahun lalu, sepertinya meruntuhkan anggapan bahwa film summer tidak harus pintar. Terbukti dengan racikan yang pas antara plot yang baik dan adegan aksi yang mendebarkan juga sangat menguntungkan. Sebenarnya sih memang ada yang seperti ini, namun jumlahnya tidak terlalu banyak. Inception sendiri menghadirkan banyak adegan aksi yang breathtaking. Bisa diambil contoh, adegan perseteruan antara Joseph Gordon Levitt dan proyeksi alam bawah sadar Fischer dalam suatu keadaan anti-gravity bisa dibilang sangat amat seru sekali (maaf atas hiperbolanya, lol). Scene menegangkan ketika penceburan van, ataupun adegan-adegan baku tembak yang juga gak kalah heboh.
Permainan para pemainnya pun juga bisa dibilang oke. Not that outstanding, but not bad either. Leonardo DiCaprio berakting lumayan baik disini. Gw lebih suka di Shutter Island tapi. Joseph Gordon Levitt dan Tom Hardy bermain cukup prima. Dua karakter ini lah yang tak jarang menghibur dengan beberapa celetukan atau adegan yang memancing senyum. Akting-akting dari aktor lain juga pas. Alunan musik menegangkan karya Hans Zimmer yang sekilas mirip dengan score Dark Knight ini juga turut membangun tense dalam film ini. Tidak adanya embel-embel 3D pun gak membuat film ini lack of special effect. Membuat jalan kota tergulung layaknya karpet atau jembatan yang terbangun sendiri sangat seru untuk ditonton.
