Plot: Diangkat dari sebuah kisah nyata, 127 Hours bercerita tentang seorang mountain climber bernama Aron Ralston (James Franco) yang sedang menikmati perjalanannya mengunjungi Canyonlands National Park. Aron adalah seorang adventurer yang spontaneous, sedikit cocky dan carefree, bahkan ia sama sekali tidak memberitahu siapa-siapa mengenai 'trip'nya menjelajahi canyon ini. Apa yang kemudian terjadi adalah, Aron terpeleset dan membuat jatuh kedalam sebuah lembah. Just to make it worse, sebuah batu besar menjepit tangan kanannya disana. Long story short, dalam masa-masa ia terjebak disitu, Aron kemudian mengingat-ingat kembali hal-hal apa saja yang telah ia telah took for granted selama ini. Dari situlah ia kemudian mendapatkan guts untuk melakukan suatu hal yang.... luar biasa.
Review: Dua tahun yang lalu, jagoan gw untuk Oscar, Benjamin Button ternyata harus gigit jari dengan kemenangan besar Slumdog Millionaire (which by the way I was okay with, both made into my top 10). Slumdog Millionaire adalah sebuah cerita inspiratif dibawakan oleh sutradara Danny Boyle, scriptwriter Simon Beaufoy, produser Christian Colson dan komposer A.R Rahman. Keempat orang tersebut pulang dengan senyum besar saat Oscar 2009 lalu karena masing- masing berhasil membawa pulang piala emas tersebut. Terus apa hubungannya dong sama 127 Hours? Well, tim sukses Millionaire itu kembali lagi dengan sebuah film yang tidak kalah inspiratifnya untuk tahun ini. Apa lagi kalau bukan 127 Hours?
127 Hours diangkat dari kisah yang memang benar-benar terjadi. Aron Rolston yang asli konon menghiasi headline media-media di Amerika tahun 2003 lalu (maklum gw belom aware dgn news saat itu). So it means that this is a biopic. Membuat film biopic itu nyatanya susah-susah gampang. Susah kalo tokohnya udah meninggal karena gak ada yang bisa klarifikasi, atau malah gak mau ikutan gabung dalam produksi karena takut aibnya keluar hahaha Not talking about The Social Network tho. Iya-iya itu sebagian adalah terkena pengaruh fictionalized dikit, toh hasilnya keren *tetep dukung. Kembali ke 127 Hours, ternyata Aron Ralston memberikan respon yang sangat baik terhadap film ini. Walau dibagian prolog dimana ada pertemuan Aron dengan 2 cewek hikers (diperankan oleh Amber Tamblyn dan Kate Mara) tidak pernah terjadi, tapi the rest of it was pretty much what actually happened, according to Ralston himself.
Membuat film ini sebenarnya menjadi suatu risk yang besar. Bahaya kalo tidak di-treat dengan baik dan benar, karena hasilnya akan menjadi film yang membosankan (dengan setting 5 hari yang disitu-situ aja) atau jadi parade flashback yang ga jelas. Kudos untuk tim sukses tadi yang memberikan big effort dan membuat film ini jadi enak untuk dinikmati. Ciri khas penyutradaraan Boyle yang dinamis masih ada disini dengan serta score yang uplifting dari A.R Rahman. Extra triple kudos untuk James Franco yang berhasil pula memberikan performance menakjubkan dari tipe film one-man-show seperti ini. Franco yang sebelumnya gw kenal hanya dari Sam Raimi's trilogy of Spider-Man sebagai Harry Osborn, menunjukkan kemampuan akting nya yang apik. Sebuah poin crucial karena film ini hanya fokus pada tokoh yang ia perani saja. Ekspresinya harus benar-benar nyata dan convincing. Fortunately, Franco did it well. Scratch that, I meant really well. Hasilnnya? Pujian dimana-mana dan berujung pada nominasi Oscar pertamanya tahun ini. Dan ditambah lagi, Franco pun ditunjuk sebagai host Oscar yang ke-83! Walaupun alasannya bukan hanya karena penampilannya disini -,-
Sepertinya udah gw sebutkan diatas, dengan gaya penyutradaraan Boyle yang dinamis, 127 Hours tidak berubah menjadi suatu film yang membosankan. Dengan pergerakan kamera dengan angle-angle yang unik serta editing yang rapi, film ini sukses menghidupkan emosi yang ingin ditunjukkan. Bagusnya lagi 127 Hours tidak ikutan terjun kedalam film-film klise yang bertema sama. Bagaimana Aron 'menghidupi' dan me-reka ulang memori-nya sampai bagaimana ironisnya ia menghibur diri atau shot ketika ia harus meminum urine nya sendiri (yeek) digambarkan dengan sangat baik dan berbeda dengan film lainnya. Membuat gw merasa pesan 'don't ever give up' yang memang ingin disampaikan jadi ngena banget. Bagian premonitionnya agak sedikit cheesy sih, cuman ayo lah, masa kita gak pernah berfantasi tentang masa depan kita, ya gak? Apa yang selalu gw permasalahkan dengan film-film bertama staying alive seperti ini adalah gw paling enjoy melihat aftermath nya (which most movie lacks). Bagaimana ia disambut dengan meriah dan penuh rasa cinta oleh keluarga dan teman-teman dekatnya atau sebaliknya.
I never consider the ending as spoilers cause it's like all over the news (it's a true story after all), but if you do, then don't read this paragraph. Kalo misalnya lo belom tau dan bertanya-tanya, apa sih yang membuat seorang yang terjebak dalam lembah dan berhasil selamat jadi suatu cerita yang 'extraordinary'. Jawabannya adalah: Aron Ralston dengan sangat terpaksa harus mengamputasi tangannya sendiri. And no, I'm not finished... Aron memotongnya dengan pisau tumpul buatan China. Shit really does happen. Adegan fenomenal tersebut sudah menjadi kontroversi karena telah membuat beberapa orang pingsan, muntah, bahkan walked out dari teater. Gw sih awalnya mikir agak skeptis, 'yaelah masa gitu doang heboh banget'. Setelah gw tonton, wow ternyata memang as bloody and horrifying as what I've been told. No, tidak sebrutal film-film gore sih, tapi memang bikin ngilu. Sekali lagi, semua berkat akting James Franco.
127 Hours itu inspiratif. Sebuah kisah nyata yang luar biasa dari keberanian dan keteguhan seorang yang terjepit dalam satu situasi (literally) untuk terus melangkah maju dan gak menyerah, apapun yang terjadi, whatever it takes. Boyle cs memberikan sebuah cinematic experience yang mengasyikkan (dengan editing, cinematography yang ciamik), mengharukan (dengan flashback serta pesan don't take everything for granted), memilukan (the 'scene') serta memberikan harapan (the ending). 127 Hours adalah film inspiring yang disajikan dengan apik disertai penampilan yang tak kalah luar biasa dari James Franco. For short, 127 Hours is one of the best films of 2010.