Awalnya saya mengira film ini adalah sekuel dari Pengantin Topeng, karena kurang lebih plot dan twistnya hampir mirip apalagi dengan kemunculan sang pembunuh yang lagi-lagi berkostum jas hujan. Bedanya kali ini sang pembunuh dipaksa untuk tidak memakai topeng, supaya bisa membedakan filmnya nayato “Nakalnya Anak Muda” ini dengan film Awi Suryadi tersebut. Padahal si pembunuh sudah merengek-rengek minta memakai topeng, tapi nayato tidak mau dikatakan filmnya nanti hasil contekan (tidak mungkinlah nayato yang hebat ini mau membuat film hasil plagiat, karena dia hanya membuat film-film berkualitas yang rilis setiap satu bulan), jadi dengan cerdik membujuk akan membeli jas hujan baru yang lebih gaul dari perancang terkenal KKD tailor. Akhirnya si pemeran pembunuh mau lanjut main film karena girang punya kostum baru, nayato pun gembira bisa menyelesaikan filmnya dalam waktu dua minggu (mungkin kurang).
Setelah semua siap, film akan dirilis dalam beberapa minggu, nayato bangga dengan film terbarunya, dan produser sedang berbunga-bunga karena sebentar lagi akan mengantongi uang “haram”, sebuah poster pun dipajang lebih dahulu dengan judul sangat hebat yang saya pastikan itu hasil meditasi tujuh hari tujuh malam, dilanjutkan dengan mandi tengah malam kembang tujuh rupa. Judulnya apa? “JIPER: Jeritan Perawan”, jika tidak salah karena saya masih menderita gangguan otak karena over-dosis “Selimut Berdarah”. Lalu tiba-tiba judulnya berubah dalam waktu kurang dari 24 jam, berganti menjadi yah dengan judul yang sekarang, yaitu “Nakalnya Anak Muda”. Nama sutradara yang sebelumnya tertera nama legenda koya pagayo pun diubah, lalu apakah ada perseteruan diantara dua sutradara ini. Mungkin akan meniru kontroversi dua sutradara di film obama anak yang hilang, maaf maksud saya “Obama Anak Menteng”.
Kedua sutradara paling cemerlang ini ternyata tidak memanfaatkan kerancuan judul dan nama sutradara yang begitu cepat berganti—secepat nayato membuat filmnya sendiri—mereka berdua sepertinya merelakan dengan lapang dada, saling berpelukan, dan sedikit ciuman. buat apa nayato ambil pusing mempromosikan filmnya dengan kontroversi dan segala tetek bengeknya, toh nama dia sendiri adalah sebuah kontroversi abad ini dan dia bisa membuat film lagi dengan hanya menjentikkan jari. Terbukti dengan judul yang bisa diubah secara cepat, nayato memang bukan hanya pintar menyembunyikan identitas asli, sutradara paling produktif saat ini, tetapi juga seorang pesulap yang berbakat. Saya pikir ada baiknya nayato mengasah bakat sulapnya dan berguru kepada mister dedi-you-know-who, siapa tahu kelak dia mau berhenti membuat film dan fokus bermain sulap saja.
Well, masih dengan kejeniusannya, nayato kali ini membawa saya ke ranah slasher dan bukan untuk pertama kalinya, karena sebelumnya ada…ada…hmmm saya lupa. Ratu Felisha kembali diajak bermain setelah sebelumnya bermain cemerlang di film nayato yang juga tayang tahun ini (muka saya sudah datar banget dan berwarna kuning mirip dengan emoticon ym) berjudul…mampus lupa lagi. Feli akan berperan sebagai ratu disko bernama Andien, yang harus menerima nasib buruk karena diperkosa orang. Iyalah orang masa setan, kecuali judul filmnya diperkosa setan jilid kedua, lagian kepalang tanggung karena Feli bermain di film nayato juga sudah sial lebih dahulu. Berawal di pesta topeng, Andien berkenalan dengan empat orang cowok, dibuat mabuk lalu diperkosa ramai-ramai di mobil. Ketika berusaha untuk kabur (dibikin sial lagi sama nayato), Andien terkena pukulan lalu tak sadarkan diri. Cowok-cowok bermuka mesum dan berti**t kecil ini serta bodoh mengira cewek yang baru saja diperkosanya sudah tidak bernyawa.
Andien pun dibuang ke sebuah air terjun (ini juga bukan sekuel air terjun pengantin), nah disinilah kejutannya karena Andien ternyata belum mati. Saya kira setelah bangkit dari kematian, Andien akan ditolong oleh seseorang kakek-kakek berjubah hitam, berjenggot, dan bertongkat tengkorak, setelah itu mengajarkan Andien ilmu beladiri dan kesaktian. Tapi nayato punya trik untuk menyingkat waktu dengan membuat Andien seperti sedang kerasukan salah-satu setan di film-film nayato, atau dia meminjam dulu setan properti milik KKD untuk memasuki tubuh Andien. Sepertinya dari sinilah asal muasal kekuatan Andien, karena dia berubah total dari ratu disko menjadi mesin pembunuh yang sanggup menerbangkan korban-korbannya. Saatnya untuk balas dendam, bagaimana caranya? ya tentu saja kembali lagi ke tempat disko, bergoyang seksi, memancing cowok-cowok yang pernah memperkosanya (tempat favorit nayato karena sesuai dengan citarasa filmnya dia yang remang-remang). Bagaimana mungkin para cowok ini tidak mengenali Andien yang diperkosa mereka dan mayatnya dibuang, jadi ceritanya sewaktu diperkosa mereka lupa membuka topengnya, masuk akal kan sekarang kenapa tidak kenal? tetap saja nga.
Tidak ada yang masuk di akal ketika berurusan dengan “directed by nayato cs”, begitu pula dengan film ini. Dari begitu cepatnya setiap karakter menjadi bodoh dan terbunuh, chemistry yang dipaksakan ada padahal kosong, pembunuh berjas hujan (Andien) yang jadi begitu kuat mengangkat korban-korbannya (jason dan teman-teman sepertinya akan kalah jika diajak duel oleh andien), sampai plotnya sendiri memang tidak masuk di akal manusia normal karena begitu dangkal hinggal sulit dicerna oleh otak. Singkat cerita—bukannya saya malas untuk bercerita tetapi sudah lupa hampir seluruh adegan yang tidak penting—setelah andien berhasil membunuh para pemerkosanya dan meninggalkan dua orang yang selamat, sahabat andien dan satu pemerkosa lagi (mereka tidak tahu kalau si pembunuh itu adalah andien, karena mereka mengira andien menghilang dihutan). Jadi dua orang ini melapor ke polisi bahwa teman-temannya terbunuh di villa antah berantah, semua orang di film ini tidak diberi dialog yang bagus termasuk pak polisi, mereka hanya bisa menjawab “siap..siap” atau “baiklah…siap…siap…pak” (ini yang paling panjang).
Bodohnya saya kembali mendengar dialog “baiklah pak, nanti kalau teman kami dihutan menghubungi, kami akan kabari bapak”, lupa yah teman kalian itu sudah mati gimana bisa menelepon. Andien pun sudah menukar blakberinya dengan palu besar, jas hujan, dan make-up anti luntur, bagaimana pula dia bisa menelepon. nayato memang handal jika berurusan dengan mencekoki pemain-pemainnya untuk terlihat bodoh di film yang tak kalah jauh bodohnya. Saya yang lagi-lagi berharap film ini bisa memuaskan (saya orang yang baik hati, rajin menabung, dan tidak sombong…), ternyata harus dikecewakan dan terpaksa harus membetulkan posisi otak yang salah. Saya pikir andien akan melancarkan aksi balas dendam super sadis dengan memanfaatkan kekuatannya yang entah darimana itu (apakah benar dia kerasukan penunggu air terjun? atau sedang diguna-guna oleh kkd untuk main di film dia selanjutnya…#tolongbaim).
Saya membayangkan andien menjadi mesin seks super-sinting yang memperkosa balik cowok-cowok pemerkosanya lalu satu-persatu disunat sampai habis dan potongan “daging” tersebut jadi aksesoris cantik berupa kalung atau ditempel di hidung menjadikan andien sosok horor baru, andien si pembunuh berhidung k*n**l. Tapi apa daya, nayato punya ide yang lebih hebat untuk mengemas horornya. Darah yang secukupnya dicoreng-coreng ke wajah pemain dengan ditambah cara mati mereka yang mengenaskan…tunggu maksudnya menggelikan, itu sudah cukup gila bagi nayato yang punya standar kualitas horor yang tidak ada duanya (didukung oleh pengalaman dia menyutradarai ratusan film horor impoten). “Nakalnya Anak Muda”, menjadi sebuah judul yang tidak ada sangkut-pautnya dengan filmnya sendiri, judul asal buat sepertinya memang menggambarkan isi filmnya. Jika saja judulnya masih memakai jeritan perawan itu, kemungkinan masih ada sedikit benang merahnya (itu pun sudah dibelah tujuh …#tolongbaim), karena filmnya memang berisi teriakan-teriakan mengganggu para pemainnya, cowok dan cewek.
Menunggu film Indonesia berkualitas sebenarnya di bioskop tanah air itu seperti sedang buang air besar yang padat dan keras, susah payah dikeluarkan sampai berkeringat tapi ketika saya mendengar bunyi “plung” itu lega sekali. Berbeda dengan film dari planet mesumnus dan garapan nayato (dan juga sekelompok sutradara yang sepertinya sedang berupaya sekuat tenaga bisa sesukses mereka), film mereka itu sebaliknya diumpamakan seperti saya yang sedang sakit perut dan mencret, gampang keluarnya tetapi tidak bikin lega dan baunya bukan main membuat muntah (maaf yang sedang makan), ditambah tak ada berentinya karena setelah dibuang tetap saja masih sakit perut. Entah obat macam apa yang dicampurkan ke adukan formula filmnya, mungkin memang obat pencuci perut dan dosis obat tidur yang berlebihan. Siapa saja yang punya kesulitan tidur, insomnia, film ini bisa saja jadi terapi tidur…tapi saya tidak menganjurkannya jika tidak memakai resep dokter karena efek sampingnya bisa menyebabkan pendarahan otak fatal.