Plot: Mayat misterius yang diduga seorang korban bunuh diri yang terjun dari sebuah gedung membuka film thriller ini. Beberapa saat setelah itu di dalam gedung tersebut, lima orang strangers dengan background yang berbeda-beda serta tanpa pernah mengenal satu sama lain naik di satu lift yang sama. Ketika lift tersebut tiba-tiba berhenti di tengah jalan dan mulai terjadi kejadian-kejadian misterius -hingga pembunuhan satu persatu dari kelompok yang terjebak di dalam lift tersebut, Detective Bowden (Chris Messina) yang menyaksikan melalui monitor berusaha menenangkan situasi di dalam lift dan berusaha memecahkan siapakah 'biang kerok'nya.
Review: Apakah memang Shyamalan sangat arogan atau pihak studio yang masih menganggap nama sutradara keturunan India itu beruntung, Devil dipromosikan bersampingan dengan nama Shyamalan. M. Night Shyamalan sendiri adalah seorang sutradara yang dulu sempat dielu-elukan menjadi salah satu promising director setelah filmnya The Sixth Sense mengguncang dunia. Film-film seterusnya seperti Unbreakable, Signs maupun The Village memang memiliki kualitas dibawah Sixth Sense, tetapi masih banyak orang-orang yang menyukai gaya penceritaan dan penyutradaraannya (termasuk gw sendiri). Tetapi setelah dirilisnya Lady In The Water, The Happening bahkan The Last Airbender, namanya seakan menjadi bahan lelucon dan jaminan keburukkan. Well, what can we say?
Ketika trailer Devil diluncurkan, gw juga sebenernya ikut penasaran, apalagi yang akan ditawarkan oleh Shyamalan disini. Setidaknya, ia gak begitu merasa superior ketika ia tidak menjadi sutradara dari cerita yang ia buat sendiri. Tugas tersebut kemudian diberikan oleh John Erick Dowdle. Scriptnya pun juga tidak ia tulis, melainkan oleh Brian Nelson. Devil sendiri adalah chapter perta
ma dari The Night Chronicles Trilogy rekaan Shyamalan. Trilogy ini memiliki konsep mengenai hal-hal supernatural yang terjadi dalam modern society. Sama seperti Frozen, pertanyaan yang menggantung adalah bisakah film dengan minim set seperti ini tidak membosankan? Untungnya film ini masih bisa menghibur, at least some of the times.
Devil dipenuhi oleh aktor-aktor yang kurang terkenal, membuat status 'B-movie' tambah melekat dalam film ini. Tetapi walaupun begitu, permainan-permainan aktornya tidak buruk-buruk amat. Sepanjang film, Devil berusaha menaikkan tense sedikit demi sedikit dengan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam lift tersebut. Film ini menurut gw sukses membuat orang menerka-nerka siapa sih dalang dari semua ini. Misteri-misteri whodunit ataupun latar belakang masing-masing korban yang sedikit demi sedikit terungkap ternyata asik untuk diikuti. Apalagi dengan setting fim yang kebanyakan dipakai di dalam lift. Rasa kecemasan yang hendak disampaikan oleh para korban yang terjebak ditampilkan dengan baik. But personally, gw kurang begitu suka dengan apa yang diberikan film ini terhadap endingnya. Gw ngerasa kok kayaknya terlalu 'easy' ya. Momen yang seharusnya mengharukan dan inspiring yang dilalui Bowden jadinya gak begitu oke.
Technically, gw cukup terkesan dengan beberapa shot yang diambil dalam film ini, salah satunya adalah ketika topi seorang repair man terbang di atas rooftop. Opening credit film ini dengan shot-shot gedung-gedung pencakar langit yang dibuat upside down juga satu ide yang simply unique. Gw tidak tahu apakah ada film lain yang pernah memakai itu, tetapi Devil membuat openingnya itu jadi lebih intriguing dan mengundang penontonnya menebak kemanakah film ini akan berjalan.
Devil adalah film yang cukup enak untuk dinikmati, it definitely has its moments. Tense yang dibangun terasa pas, penampilan para pemerannya yang juga tidak mengecewakan. Twist demi twist yang ditampilkan beberapa sedikit memberikan kejutan. Tapi personally, endingnya yang menurut gw mengecewakan membuat gw kurang begitu suka dengan konklusi film ini. Generally, sepertinya gw rasa The Night Chronicles bisa menjadi suatu keseluruhan trilogi yang menarik. But in the end, I think Devil is just a so-so movie. It's good for killing time, but not a great one.